Gross National Product (GNP)
I.
Pendahuluan
Sama halnya dengan ilmu empiris
lainnya, ilmu ekonomi memusatkan perhatiannya kepada konsep-konsep yang benar-benar
dapat dihitung atau diukur; yakni berbagai hal seperti harga gandum, harga
saham, suku bunga, jumlah pengangguran, output nasional, atau tingkat harga.
Pada makalah ini akan membahas pada salah satu perangkat konseptual yang paling
penting dalam ilmu ekonomi, yakni perhitungan pendapatan dan produk nasional.
Perhitungan pendapatan nasional akan
memberikan kepada perkiraan GNP secara teratur, yakni pengukuran dasar dari
kinerja perekonomian dalam memproduksi barang dan jasa. Dalam makalah ini pula,
pemakalah juga akan membahas GNP dalam perspektif Islam. Dimana ekonomi Islam
sekarang bukan hadir sebagai reaksi atas dominasi kapitalisme maupun sosialisme
ketika itu. Ekonomi Islam hadir sebagai bagian dari totalitas kesempurnaan itu
sendiri.
Dari latar belakang di atas, pemakalah
mengambil kesimpulan yang telah dirumuskan dalam beberapa rumusan masalah yang
akan membahas, yaitu pertama; produk
nasional bruto dan produk nasional bersih,
kedua; perbedaan antara GNP nyata dan GNP nasional, ketiga; penguk.uran GNP, keempat;
GNP dan pendapatan personal yang dapat dibelanjakan, kelima; dari GNP ke kesejahteraan ekonomi Neto (NEW), dan keenam; GNP dalam perspektif Islam.
Dalam sistematika penulisan ini
pemakalah telah memaparkan bahwa dapat dijealaskan penulisan ini didahulukan
dengan pendahuluan, pembahasan, kesimpulan dan daftar pustaka.
II.
Produk Nasional Bruto dan Produk
Nasional Bersih
Kalkulasi Produk Nasional Bruto
GNP[1][1]
adalah nilai dari semua barang dan jasa yang diproduksi oleh factor-faktor
produksi dalam negeri dalam satu periode waktu tertentu. Mencakup nilai
barang-barang yang diproduksi seperti rumah dan minuman keras, dan nilai dari
beberapa jasa, seperrti jasa perantara dan kuliah dosen ekonomi. Output dari
masing-masing barang dan jasa ini berdasarkan harga pasarnya dan nilai-nilai
itu dijumlahkan sebagai nilai dari GNP. Perhitungan GNP untuk ekonomi Amerika
Serikat sejak tahun 1929 tersedia secara sistematis. Terdapat sejumlah
perkiraan untuk tahun-tahun sebelumnya.
Barang-barang Jadi dan Nilai Tambah
GNP adalah nilai barang jadi dan jasa
yang diproduksi. Penekanan terhadap barang jadi dan jasa ini semata-mata adalah
untuk memastikan bahwa kita tidak membuat perhitungan ganda. Misalnya, kita
tidak akan memasukkan seluruh harga dari sebuah mobil ke dalam perhitungan GNP
sembari tetap mencakupkan nilai dari semua ban yang dijual kepada produsen
mobil sebagai bagian dari GNP. Komponen-komponen mobil itu dijual kepada
industri mobil disebut barang-barang antara atau intermediate goods, dan nilainya tidak dimasukkan ke dalam GNP.
Dalam prakteknya, perhitungan ganda
dapat dihindari dengan menerapkan prinsip nilai tambah. Pada setiap tahap dari pembuatan
suatu barang, hanya nilai tambah terhadap barang atau pada tahap pembuatannya
yang dihitung sebagai bagian dari GNP. Nilai gandum yang diproduksi oleh
para petani dihitung sebagai bagian dari
GNP. Jadi nilai tepung yang dijual oleh pabrik penggilingan tepung dikurangi
biaya gandum merupakan nilai tambah oleh kilang tepung. Bila kita ikuti proses
ini seterusnya, kita akan melihat bahwa juklah nilai tambah pada setiap tahap
prosesing akan sama dengan nilai akhir roti yang dijual.[2][2]
Ouput Masa Kini
GNP terdiri dari nilai output yang
diproduksi sekarang ini. Dengan demikian, ia tidak meliputi transaksi-transaksi
dari komoditi yang sudah ada, seperti barang antik atau rumah-rumah yang telah
dibangun. Kita menghitung konstrusi rumah baru sebagai bagian dari GNP, tetapi
kita tidak menambahkan nilai dari penjualan rumah-rumah bekas. Akn tetapi, kita
tetap menghitung nilai dari upah makelar dalam penjualan rumah yang ada sebagai
bagian dari GNP. Makelar tersebut memberikan jasa saat ini untuk mempertemukan
pembeli dan penjual, dan hal itu patut menjadi bagian dari output masa kini.
Harga Pasar
GNP menilai barang pada harga pasar.
Harga pasar dari banyak barang mencakup pajak tidak langsung, seperto pajak
penjualan dan cukai, sehingga harga pasar tidak sama dengan harga yang diterima
penjual barang itu. Harga dikurangi pajak tidak langsung merupakan biaya factor
produksi yang merupakan jumlah yang diterima oleh factor produksi yang membuat
barang tersebut. GNP dinilai pada harga pasar dan bukan pada biaya factor
produksi. Hal ini dianggap penting karena kita menghubungkan GNP dengan
pendapatan yang diterima oleh factor produksi.[3][3]
Penilaian pada harga pasar merupakan
prinsip yang tidak diterapkan secara seragam, karena ada beberapa komponen dari
GNP yang sulit untuk dinilai. Tidaka ada cara yang tepat dalam menilai
jasa-jasa pembantu, ibu rumah tangga, atau pemangkas rambut yang berusaha
sendiri atau jasa polosi atau birokrasi Negara. Beberapa dari kegiatan ini
dibuang begitu saja dari GNP yang dinilai pada saat ini, seperti misalnya jasa
pembantu dan ibu rumah tangga. Pelayanan pemerintah dinilai atas biaya yang
dikeluarkan, dengan demikian gaji pegawai negeri diambil untuk mewakili
kontribusi pada GNP. Tidak ada satu prinsip yang seragam alam memecahkan
masalah ini, tetapi ada sejumlah konvensi yang umum digunakan.
GNP dan Produk Domestik Bruto
Terdapat perbedaan antara GNP dengan
produk domestic Bruto atau GDP atau nilai barang jadi yang diproduksi di dalam
negeri. Apakah perbedaan dari GNP dan GDP? Sebagian dari nilai GNP diperoleh
dari luar negeri. Misalnya, pendapatan dari seseorang warga Negara AS yang
bekerja di Jepang adalah bagian dari GDP Amerika, karena pendapatan itu tidak
dihasilkan di Amerika. Di pihak lain, keuntungan yang di dapat oleh Honda dari
produksi pabriknya di Amerika Serikat adalah bagian dari GNP Jepang dan bukan
GNP Amerika. Tetapi ia merupakan bagian dari GDP Amerika karena keuntungan itu
diperoleh di AS.
Ketika GNP lebih besar dari GDP,
penduduk suatu Negara misalnya AS, akan mendapatkan penghasilan yang lebih
besar di negeri misalnya Jepang, ketimbang penghasilan orang Jepang di AS. Di
AS pada decade belakangan ini, GNP telah melampaui GDP sebesar 2 persen dari
GNP, yang berarti bahwa perusahaan dan penduduk Amerika yang memiliki pabrik
atau bekerja di luar negeri memperoleh pengahsilan yang lebih banyak di Negara
asing daripada perusahaan dan ornag-orang asing di Amerika Serikat. Betapa pun, setelah tahun 1988, penghasilan orang-orang
asing di Amerika adalah lebih besar daripada penghasilan orang-orang Amerika di
luar negeri. Perubahan ini teradi karena adanya deficit neraca pembayaran
Amerika yang sudah mulai terjadi sejak dasawarsa 1980-an, dan ini tidak akan
berbalik kecuali kalau Amerika mulai mendapatkan surplus dalam perdagangannya
sekarang ini.
III.
Perbedaan Antara GNP Nyata dan GNP
Nasional
GNP nominal mengukur nilai output
dalam suatu jangka waktu tertentu menurut harga pasar pada periode waktu
tersebut, atau kadang-kadang menurut nilai dolar saat itu.[4][4] Dengan
demikian, GNP nasional pada tahun 1990 mengukur nilai dari barang-barang yang
diproduksi selama tahun 1990 dan harga pasar yang berlaku pada tahun 1990, dan
GNP nominal tahun 1976 mengukur nilai barang-barang yang diproduksi dalam tahun
1976 berdasarkan harga pasar yang berlaku pada tahun 1976.
GNP nominal berubah dari tahun ke
tahun karena dua alasan. Penyebab pertama adalah berubahnya output fisik dari
barang-barang, sedangkan yang kedua adalah berubahnya harga pasar. Sebagai
contoh yang ekstrim yang tidak realistis, anda dapat membayangkan perekonomian
yang memproduksi output yang persis sama dalam dua tahun di mana semua harga
mengalami kenaikan dua kali lipat. GNP nominal dalam tahun kedua akan menjadi
dua kali lebih besar dari GNP nominal tahun pertama, walaupun output fisik dari
perekonomian tidak mengalami perubahan sama sekali. GNP nyata mengukur
perubahan-perubahan output fisik di dalam perekonomian antara jangka waktu yang
berbeda dengan menilai barang yang diproduksi dalam dua periode itu berdasarkan
harga yang sama, atau pada nilai dolar yang konstan. Pada waktu ini, GNP nyata
di Amerika Serikat dalam perhitungan pendapatan nasional diukur berdasarkan
harga konstan tahun 1982. It berarti bahwa dalam menghitunh GNP nyata, output
fisik pada hari ini dikaitkan pada harga-harga yang berlaku pada tahun 1982
dalam rangka memperoleh ukuran mengenai seberapa besarnya output hari ini
seandainya ia dijual menurut harga konstan tahun 1982.[5][5]
IV.
Pengukuran GNP
Bagaimana sesungguhnya para ekonom
mengukur GNP? Salah satu kejutan besar adalah bahwa kita dapat mengukur GNP
dalam dua cara yang masing-masing berdiri sendiri. Untuk menunjukkan perbedaan
cara GNP, mari kita bayangkan sebuah dunia khayalan di mana tidak ada
pemerintahan, sector perdagangan luar negeri mauoun investasi. Saat ini,
perekonomian mini kita hanya mengahsilkan barnag-barang konsumsi, yakni
produk-produk yang terbatas untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga.
Pendekatan Arus Barang.
Setiap tahun masyarakat mengkonsumsi berbagai macam barang akhir dan jasa
akhir, seperti jeruk, beras, pengobatan dokter, dan pangkas rambut. Di sini
hanya dimasukkan barang akhir, yaitu barang-barang yang terutama dibeli dan
digunakan oleh konsumen. Kita menggunakan penghasilan kita untuk membeli
barang-barang konsumsi ini.
Dengan demikian dalam perekonomian
sederhana, dengan mudah kita dapat menghitung pendapatan nasional atau produk
nasional dengan cara menjumlahkan arus barang dan jasa akhir per tahunnya.
Sederhana saja: (harga jeruk x jumlah jeruk) ditambah (harga beras x jumlah
beras) ditambah… dan seterusnya. Maka produk nasional bruto dirumuskan sebagai
jumlah sekuruh nilai uang dari arus barang akjir yang dihasilkan oleh suatu
Negara.[6][6]
Pendekatan Arus Penghasilan Biaya. Metode
kedua yang sepadan untuk menghitung GNP adalah pendekatan arus penghasilan atau
biaya. Disepanjang garis melingkar bagian bawah mengalir semua biaya untuk
melakukan kegiatan usaha. Biaya-biaya ini mencakup upah yang dibayarkan kepada
buruh, sewa tanah, keuntungan dari barang dan modal, dll. Tetapi biaya-biaya
kegiatan usaha ini juga merupakan penghasilan yang diterima rumah tangga dari
perusahaan. Dengan pengukuran arus penghasilan atau pendapatan ini secara
tahunan, ahli statistic akan mendapatkan nilai GNP.[7][7]
Kesepadanan dan Pendekatan.
Sampai saat ini kita telah menghitung GNP dengan cara pendekatan arus barang
dan pendekatan arus penghasilan atau biaya. Cara pendekatan mana yang
memberikan angka lebih besar? Jawabannya adalah: keduanya mengahsilkan angka
yang benar-benar sama.
Jawaban ini bisa kita jelaskan dengan
mengambil contoh sederhana, yaitu perekonomian yang terdiri dari para pemangkas
rambut. Misalkan saja mereka tidak dibebani dengan biaya apa pun selain biaya
tenaga kerja. Bila mereka menjual jasa pangkas ranbut untuk 10 orang dengan
tariff per orang Rp. 6000,00, maka GNP adalah Rp. 60.000,00. Namun penghasilan
mereka, apakah berupa upah atau keuntungan, juga sejumlah Rp. 60.000,00. Dengan
demikian, nilai GNP adalah benar-benar sama, apakah diukur dari putaran atas
arus jasa (Rp. 60.000,00 pangkas rambut) atau putaran bawah arus biaya dan
penghasilan (Rp. 60.000,00 upah dan keuntungan).
Sebetulnya kedua cara pendekatan
tersebut mengahsilkan angka yang sama karena kita telah memasukkan unsur “keuntungan”
pada penghasilan atau biaya, bersamaan dengan unsure upah dan sewa. Apa
sebenarnya yang dimaksud dengan keuntungan? Keuntungan atau laba adalah
sejumlah nilai uang yang tersisa dari hasil penjualan barang atau jasa, sesudah
biaya factor produksi seperti upah, bunga, dan sewa yang dibayarkan. Dengan
demikian keuntungan atau laba adaah sisa yang secara otomatis menutup jumlah
yang diperoleh dengan pendekatan arus pengahsilan atau biaya, agar sama dengan
jumlah yang diproleh dengan pendekatan atau barang dan jasa. Sebagai rangkuman:
produk nasional bruto atau GNP bias dihitung dengan dua cara, yaitu: (1)
sebagai arus produk akhir, atau (2) sebagai total biaya atau penghasilan input
yang diperlukan untuk memproduksi
output. Dengan pengertian bahwa laba merupakan
biaya sisa, maka kedua cara pendekatan akan menghasilkan angka GNP yang
sama.
V.
Dari GNP ke Kesejahteraan Ekonomi Neto
(NEW)
Para pendukung system ekonomi dan
sosial yang ada pada saat ini menyatakan bahwa kebebasan berusaha telah
menciptakan tingkat pertumbuhan GNP riil tertinggi seoanjang ejarah keberadaan
manusia. Namun mengandalkan pada GNP juga menimbulkan masalah-masalah
tersendiri.
Banyak kritik yang mengatakan bahwa
GNP terlalu menekankan segi materialism dan mendorong masyarakat untuk terus
memproduksi barang-barang tak berguna. Seorang kritikus bahkan berkata, “jangan
bicara kepada saya tentang barang-barang dan dolarmu atau GNPmu. Bagi saya,
GNPmu itu sama artinya dengan Gross National Pollution (Polusi National Bruto)!”
Lalu bagaimana seharusnya? Tidakkah
benar bahwa GNP juga meliputi bom-bom dan peluru kendali yang dibeli oleh
pemerintah? Tidakkah saldo positif pendapatan nasional kita itu juga bersumber
dari penebangan hutan-hutan tradisional redwoods
yang tidak mungkin tumbuh lagi? Bukankah ilmu ekonomi itu cenderung mendoronh
kita menomorsatukan kuantitas produk, kalau perlu dengan mengorbankan kualitas
hidup kita sendiri?
Dalam beberapa tahun terakhir ini,
para ekonom telah mencoba mengoreksi kelemahan angka GNP agar dapat
mencerminkan produk-produk bermanfaat dari perekonomian secara lebih baik.
Salah satu pendekatan yang dikembangkan untuk menciptakan ukuran produksi
nasional yang penting adalah pendekatan kesejahteraan ekonomi neto (NEW: Net
Economic Welfare). NEW didasarkan pada GNP, namun membuat dua perubahan besar.[8][8]
Pertama NEW tidak memasukkan komponen-komponen GNP yang tidak berperan terhadap
kesejahteraan hidup individu, kedua, beberapa barang konsumsi pokok yang
dihilangkan dalam GNP dimasukkan dalam NEW.
Kesejahteraan ekonomi neto (NEW)
adalah ukuran jumlah produksi nasional yang disesuaikan, di mana di dalamnya
mencakup barang-barang konsumsi dan investasi yang menyumbang langsung kepada
kesejahteraan perekonomian.
VI.
GNP Dalam Perspektif Islam
Satu hal yang membedakan system
ekonomi Islam dengan system ekonomi lainnya adalah parameter falah. Falah
adalah kesejahteraan hakiki, kesejahteraan yang sebenar-benarnya, di mana
komponen-komponen rohaniah masuk ke dalam pengertian falah ini. Ekonomi Islam
dalam arti sebuah system ekonomi (nidhom al-iqtishad) merupakan sebuah system
yang dapat mengantarkan umat manusia kepada real welfare (falah), kesejahteraan
yang sebenarnya. Memang benar bahwa semua system ekonomi baik yang sudah tidak
eksis lagi dan telah terkubur oleh sejarah maupun yang saat ini sedang berada
di puncak kejayaannya, bertukuan untuk mengantarkan kesejahteraan kepada para
pemeluknya. Namun lebih sering kesejahteraan itu diwujudkan pada peningkatan
GNP yang tinggi, yang kalau dibagi dengan jumlah penduduka akan menghasilkan
per capita income yang tinggi. Jika hanya itu ukurannya, maka kapitalis modern
akan mendapat angka maksimal. Akan tetapi pendapatan perkapita yang tinggi
bukan satu-satunya komponen pokok yang menyusun kesejahteraan. Ia hanya
merupakan necessary condition dalam isu kesejahteraan dan bukan sufficient
condition. Al-falah dalam pengertian Islam mengacu kepada konsep Islam tentang
manusia itu sendiri. Dalam Islam, esensi manusia ada pada rohaniahnya. Karena
itu seluruh kegiatan duniawi termasuk dalam aspek ekonomi diarahkan tidak saja
untuk memenuhi tuntutan fisik jasadiyah melainkan juga memenuhi kebutuhan
rohani di mana roh merupakan esensi manusia.[9][9]
Konsep ekonomi kapitalis yang hanya
mengukur kesejahteraan berdasarkan angka GNP, jelas akan mengabaikan aspek
rohani umat berdasarkan GNP, jelas akan mengabaikan aspek rohani umat manusia.
Pola dan proses pembangunan ekinomi diarahkan semata-mata untuk meningkatkan
pendapatan perkapita. Ini akan mengarahkan manusia pada konsumsi fisik yang
cenderung hedonis sehingga menghasilkan produk-produk yang di lempar ke pasaran
tanpa mempertimbangkan dampak negativnya bagi aspek kehidupan lain. Seringkali
barang-barang ini sebenarnya tidak perlu diproduksi berdasarkan kegunaan dan
tingkat urgensinya, namun karena alasan-alasan ekonomi dan bisnis,
barang-barang tersebut tetap dipasok ke pasaran. Kita lihat misalnya produk
handphone HP. Kini orang membeli HP bukan hanya semata-mata untuk memudahkan
komunikasi, tetapi justru untuk hal lain yang tidak berhubungan langsung dengan
komunikasi. Akibatnya sudah dapat di duga, terjadilah misalokasi sumber daya
alam yang cenderung melanggengkan ketidakadilan yang sangat mencolok.
VII.
Kesimpulan
GNP adalah nilai dari semua barang dan
jasa yang diproduksi oleh factor-faktor produksi dalam negeri dalam satu
periode waktu tersendiri.
Terdapat sejumlah seluk-beluk dan
kompleksitas yang sangat halus dari perhitungan GNP: Barang-barang jadi dan
nilai tambah, output masa kini, harga pasar, GNP dan produk domestic Bruno.
GNP nominal adalah nilai harga pasar
dari total output barang jadi dan jasa yang diproduksi oleh factor-faktor
produksi yang dimiliki dalam negeri.
GNP nyata adalah nilai dari output
ekonomi yang dinilai berdasarkan harga patokan tahun dasar. Perbandingan GNP
nyata, yang didasarkan atas sekumpulan harga yang sama untuk menilai output,
memberikan ukuran yang lebih baik mengenai perubahan output fisik ketimbang
perbandingan GNP nominal, yang juga mencerminkan inflasi.
Daftar
Bacaan
Nordhaus. D William dan Samuelson A.
Paul, Makro Ekonomi Edisi Ke-14, Erlangga,
Jakarta, 1992.
Fischer Stanley dan Dornbusch Rudiger,
Ekonomi Makro Edisi Kelima, Rineka
Cipta, Jakarta,
Nasution Edwin Mustafa, Pengenalan Ekonomi Eksklusif: Ekonomi Islam,
Kencana Prenada Group, Jakarta, 2006.
[1][1] GNP adalah
nama yang diberikan kepada total nilai nominal barang-barang dan jasa yang
dihaslkan suatu Negara selama satu tahun tertentu. Angka inilah yang akan anda
peroleh jika anda menggunakan tolok ukur uang terhadap bermacam-macam barang
dan jasa mulai dari buah apel sampai alat music kecapi, dari kapal perang
sampai peralatan mesin yang dihasilkan suatu Negara dari sumber daya tanah,
tenaga kerja, dan modal yang dimilikinya.
[2][2] Bagaimana
dengan tepung yang langsung dibeli oleh setiap keluarga untuk membuat roti di
rumah masing-masing. Ia dinilai sebagai kontribusi terhadap GNP karena ia
mewakili nilai penjualan masa kini.
[3][3] Nilau output
yang diukur berdasarkan factor produksi disebut sebagai pendapatan nasional.
[4][4] Data
perhiitungan pendapatan nasional dilaporkan secara regular dalam Survey of
Curent Bussines (SCB). Data historis tersedia pada edisi SCB bulan September;
dalam Bussines Statistics, jurnal dwi-tahunan terbitan Departemen Perdagangan
Amerika Serikat; dan pada Economic Report of The President, yang terbit setiap
tahun.
[5][5] Perubahan
dari penggunaan harga-harga tahun 1972 kepada harga-harga tahun 1982 sebagai
tahun dasar dalam menghitung GNP nyata telah dilakukan pada akhir tahun 1985.
Pada tahun 1990, tahun dasar akan diubah menjadi tahun 1987.
[6][6] Contoh
sederhana di atas hanya memperlihatkan pengeluaran konsumsi. Bila kita lengkapi
analisis kita, GNP akan mencakup keseluruhan barang-barang dan jasa akhir,
yaitu GNP merupakan konsumsi, investasi swasta, pengeluaran pemerintah untuk
barang-barang dan jasa, dan ekspor neto keluar negeri.
[7][7] Bila kita
beralih ke model lain di luar model sederhana ini (yang hanya memasukkan
konsumsi ke dalam komponen GNP), kita harus memasukkan pembayaran transfer
pemerintah dan pajak ke dalam perhitungan.
[8][8] Pembahasan
mengenai NEW ini diambil dari naskah karangan William Nhdhanus dan James Tobin
yang berjudul “Is Growth Obsolete?” dalam Fifieth Anniversary Colloquium V
(Natioanl Bureau of Economic Research, Columbia University Press, New York,
1972). Konsep semula, Measure of Economic Welfare (MEW) kita ubah menjadi Net
Economic Welfare (NEW) yang lebih informative. Perbaikan lebih lanjut telah
dilakukan oleh ekonom Jepang (orang kesejahteraan neto) dan juga Robert Eisner,
yang menaksir ukuran pendapatan dan produksi lebih besar, dalam suatu system
penghitungan total pendapatan atau TISA (Total Incomes System Of Accounts) [
lihat Robert Eisner,” The Total Incomes System Of Accounts,” Survey of Current
Bussines (Januari 1985a0, hal.24-28.
[9][9] Mannan,
1984
sangat bermanfaat, Terima Kasih
ReplyDelete